Memasuki bulan Safar pada perhitungan kalender Qomariyah (Hijriyah perhitungan bulan Islam).
Di Indramayu masyarakatnya biasa menyebut bulan Safar dengan sebutan bulan “Bala”.
Dalam bahasa Arab "Bala" berarti bencana atau wabah.
Ada mitos yang sampai sekarang masih dipercaya, konon pada bulan tersebut Allah menurunkan 1000 penyakit ke bumi khususnya manusia, benar tidaknya hal tersebut Wallahu ‘alam.
Mungkin itu alasannya kenapa bulan Safar oleh masyarakat Indramayu disebut bulan “Bala”.
Bagi penduduk asli Kabupaten Indramayu, yang hingga kini masih patuh terhadap adat istiadat nenek moyang, memasuki bulan Safar atau sebutan bulan bala oleh penduduk setempat selalu syukuran dengan membuat kue “Cimplo” (sejenis apem yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan ragi) setiap bulan Bala (Jawa) atau bulan Sapar (Islam).
Konon, keberadaan kue Cimplo itu sebagai implementasi untuk tolak bala (mengusir sial/apes) bagi warganya.
Bulan Safar atau Bala juga bertepatan dengan musim tanam padi oleh mayoritas penduduk Indramayu.
Sehingga dengan syukuran semacam itu semoga masyarakat Indramayu subur dan makmur atas ridho Allah SWT.
Kebiasaan membuat kue Cimplo ini masih berlangsung hingga kini.
Bagi Anda yang penasaran dengan kue Cimplo, datanglah setiap bulan Safar atau bulan Bala ke desa-desa atau perkampungan di Indramayu untuk menyaksikan langsung pembuatan kue cimplo dan sekaligus ikut mencicipinya, gratis gan..!!!
Hampir seluruh masyarakat di Indramayu, setiap bulan Safar ini selalu kaum ibu-ibunya terutama di desa-desa berbondong-bondong membantu tetangga untuk ikut membuat kue Cimplo dan saling bergantian ketetangga yang lainnya.
Pembuatan kue Cimplo ini biasanya sengaja dibuat dengan jumlah banyak tetapi bukan untuk dijual.
Namun sengaja dibuat dan untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada saudara, para tetangga, dan orang-orang yang dikenalnya istilah orang Indramayu adalah "irim-irim" (membagikan makanan gratis ketetangga sekitar).
Kue Cimplo ini biasanya dihidangkan dengan gula merah campur parutan kelapa yang digodok hingga matang.
Maka rasanya terasa manis dan gurih dan makannya dengan cara dicelupkan ke gula merah tadi.
Istilah orang Indramayu adalah dicocol gula merah.
Kue Cimplo ini bentuknya pipih dengan diameter +4/5 cm mirip sekali dengan kue Srabi.
Kebiasaan seperti ini juga belaku pula dalam setiap bulan Sura.
Warga asli Indramayu ramai-ramai membuat bubur Sura.
Yaitu bubur yang dicampur dengan aneka makanan lainnya.
Bubur Sura ini konon, dalam rangka mengenang perjuangan Nabi Nuh dalam menyelamatkan umatnya dari kelaparan dan kematian.
Tradisi bulan Bala dengan membuat kue Cimplo, ironisnya hingga kini belum ada yang mengetahui secara persis, kapan adat membuat kue Cimplo itu pertama kali dimulai.
Namun, konon, kebiasaan membuat kue Cimplo dalam menolak bala bagi warga Indramayu sudah berlangsung berabad-abad silam.
Mungkin saja sejak Indramayu masih sebagai pedukuhan atau sejak pembukaan pemukiman pertama kali oleh Rd. Arya Wiralodra.
Penasaran dengan kue Cimplo, silahkan datang ke daerah-daerah di Indramayu pada bulan Bala ini.
Cimplo merupakan khasanah budaya yang perlu dijaga kelestariannya.
Jangan sampai cimplo harus hadir di museum dan hanya tersisa gambarnya semata.
Akibat generasi hari ini yang lebih gandrung dengan penganan junk food.
Selamat mencicipi dan menikmati cimplo...???
Cimplo Panganan Khas Indramayu
Dalam bahasa Arab "Bala" berarti bencana atau wabah.
Ada mitos yang sampai sekarang masih dipercaya, konon pada bulan tersebut Allah menurunkan 1000 penyakit ke bumi khususnya manusia, benar tidaknya hal tersebut Wallahu ‘alam. Mungkin itu alasannya kenapa bulan Safar oleh masyarakat Indramayu disebut bulan “Bala”.
Bagi penduduk asli Kabupaten Indramayu, yang hingga kini masih patuh terhadap adat istiadat nenek moyang, memasuki bulan Safar atau sebutan bulan bala oleh penduduk setempat selalu syukuran dengan membuat kue “Cimplo” (sejenis apem yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan ragi) setiap bulan Bala (Jawa) atau bulan Sapar (Islam).
Konon, keberadaan kue Cimplo itu sebagai implementasi untuk tolak bala (mengusir sial/apes) bagi warganya.
Bulan Safar atau Bala juga bertepatan dengan musim tanam padi oleh mayoritas penduduk Indramayu.
Sehingga dengan syukuran semacam itu semoga masyarakat Indramayu subur dan makmur atas ridho Allah SWT.
Kebiasaan membuat kue Cimplo ini masih berlangsung hingga kini.
Bagi Anda yang penasaran dengan kue Cimplo, datanglah setiap bulan Safar atau bulan Bala ke desa-desa atau perkampungan di Indramayu untuk menyaksikan langsung pembuatan kue cimplo dan sekaligus ikut mencicipinya, gratis gan..!!!
Hampir seluruh masyarakat di Indramayu, setiap bulan Safar ini selalu kaum ibu-ibunya terutama di desa-desa berbondong-bondong membantu tetangga untuk ikut membuat kue Cimplo dan saling bergantian ketetangga yang lainnya.
Pembuatan kue Cimplo ini biasanya sengaja dibuat dengan jumlah banyak tetapi bukan untuk dijual.
Namun sengaja dibuat dan untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada saudara, para tetangga, dan orang-orang yang dikenalnya istilah orang Indramayu adalah "irim-irim" (membagikan makanan gratis ketetangga sekitar).
Kue Cimplo ini biasanya dihidangkan dengan gula merah campur parutan kelapa yang digodok hingga matang.
Maka rasanya terasa manis dan gurih dan makannya dengan cara dicelupkan ke gula merah tadi.
Istilah orang Indramayu adalah dicocol gula merah.
Kue Cimplo ini bentuknya pipih dengan diameter +4/5 cm mirip sekali dengan kue Srabi.
Kebiasaan seperti ini juga belaku pula dalam setiap bulan Sura.
Warga asli Indramayu ramai-ramai membuat bubur Sura.
Yaitu bubur yang dicampur dengan aneka makanan lainnya.
Bubur Sura ini konon, dalam rangka mengenang perjuangan Nabi Nuh dalam menyelamatkan umatnya dari kelaparan dan kematian.
Tradisi bulan Bala dengan membuat kue Cimplo, ironisnya hingga kini belum ada yang mengetahui secara persis, kapan adat membuat kue Cimplo itu pertama kali dimulai.
Namun, konon, kebiasaan membuat kue Cimplo dalam menolak bala bagi warga Indramayu sudah berlangsung berabad-abad silam.
Mungkin saja sejak Indramayu masih sebagai pedukuhan atau sejak pembukaan pemukiman pertama kali oleh Rd. Arya Wiralodra.
Penasaran dengan kue Cimplo, silahkan datang ke daerah-daerah di Indramayu pada bulan Bala ini.
Cimplo Panganan Khas Indramayu
Dalam bahasa Arab "Bala" berarti bencana atau wabah.
Ada mitos yang sampai sekarang masih dipercaya, konon pada bulan tersebut Allah menurunkan 1000 penyakit ke bumi khususnya manusia, benar tidaknya hal tersebut Wallahu ‘alam. Mungkin itu alasannya kenapa bulan Safar oleh masyarakat Indramayu disebut bulan “Bala”.
Bagi penduduk asli Kabupaten Indramayu, yang hingga kini masih patuh terhadap adat istiadat nenek moyang, memasuki bulan Safar atau sebutan bulan bala oleh penduduk setempat selalu syukuran dengan membuat kue “Cimplo” (sejenis apem yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan ragi) setiap bulan Bala (Jawa) atau bulan Sapar (Islam).
Konon, keberadaan kue Cimplo itu sebagai implementasi untuk tolak bala (mengusir sial/apes) bagi warganya.
Bulan Safar atau Bala juga bertepatan dengan musim tanam padi oleh mayoritas penduduk Indramayu.
Sehingga dengan syukuran semacam itu semoga masyarakat Indramayu subur dan makmur atas ridho Allah SWT.
Kebiasaan membuat kue Cimplo ini masih berlangsung hingga kini.
Bagi Anda yang penasaran dengan kue Cimplo, datanglah setiap bulan Safar atau bulan Bala ke desa-desa atau perkampungan di Indramayu untuk menyaksikan langsung pembuatan kue cimplo dan sekaligus ikut mencicipinya, gratis gan..!!!
Hampir seluruh masyarakat di Indramayu, setiap bulan Safar ini selalu kaum ibu-ibunya terutama di desa-desa berbondong-bondong membantu tetangga untuk ikut membuat kue Cimplo dan saling bergantian ketetangga yang lainnya.
Pembuatan kue Cimplo ini biasanya sengaja dibuat dengan jumlah banyak tetapi bukan untuk dijual.
Namun sengaja dibuat dan untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada saudara, para tetangga, dan orang-orang yang dikenalnya istilah orang Indramayu adalah "irim-irim" (membagikan makanan gratis ketetangga sekitar).
Kue Cimplo ini biasanya dihidangkan dengan gula merah campur parutan kelapa yang digodok hingga matang.
Maka rasanya terasa manis dan gurih dan makannya dengan cara dicelupkan ke gula merah tadi.
Istilah orang Indramayu adalah dicocol gula merah.
Kue Cimplo ini bentuknya pipih dengan diameter +4/5 cm mirip sekali dengan kue Srabi.
Kebiasaan seperti ini juga belaku pula dalam setiap bulan Sura.
Warga asli Indramayu ramai-ramai membuat bubur Sura.
Yaitu bubur yang dicampur dengan aneka makanan lainnya.
Bubur Sura ini konon, dalam rangka mengenang perjuangan Nabi Nuh dalam menyelamatkan umatnya dari kelaparan dan kematian.
Tradisi bulan Bala dengan membuat kue Cimplo, ironisnya hingga kini belum ada yang mengetahui secara persis, kapan adat membuat kue Cimplo itu pertama kali dimulai.
Namun, konon, kebiasaan membuat kue Cimplo dalam menolak bala bagi warga Indramayu sudah berlangsung berabad-abad silam.
Mungkin saja sejak Indramayu masih sebagai pedukuhan atau sejak pembukaan pemukiman pertama kali oleh Rd. Arya Wiralodra.
Penasaran dengan kue Cimplo, silahkan datang ke daerah-daerah di Indramayu pada bulan Bala ini.
Tradisi
Tolak Bala Bagi Masyarakat Indramayu Menjelang Musim Tanam Padi - See
more at:
http://susyarzetty.blogspot.com/2014/12/cimplo-tradisi-tolak-bala-bagi.html#sthash.wQQIFIuT.dpuf
Tradisi
Tolak Bala Bagi Masyarakat Indramayu Menjelang Musim Tanam Padi - See
more at:
http://susyarzetty.blogspot.com/2014/12/cimplo-tradisi-tolak-bala-bagi.html#sthash.wQQIFIuT.dpufgkhxf
Tradisi
Tolak Bala Bagi Masyarakat Indramayu Menjelang Musim Tanam Padi - See
more at:
http://susyarzetty.blogspot.com/2014/12/cimplo-tradisi-tolak-bala-bagi.html#sthash.wQQIFIuT.dpuf
Tradisi
Tolak Bala Bagi Masyarakat Indramayu Menjelang Musim Tanam Padi - See
more at:
http://susyarzetty.blogspot.com/2014/12/cimplo-tradisi-tolak-bala-bagi.html#sthash.wQQIFIuT.dpuf
Tradisi
Tolak Bala Bagi Masyarakat Indramayu Menjelang Musim Tanam Padi - See
more at:
http://susyarzetty.blogspot.com/2014/12/cimplo-tradisi-tolak-bala-bagi.html#sthash.wQQIFIuT.dpuf
No comments:
Post a Comment